Ada Bai Ping Ting di Belakang Jenderal Chu Bei Jie

- Editorial Team

Rabu, 11 Maret 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Aku sangat menyukai dan menikmati film ini. Tapi sayang, sejujurnya aku kecewa dengan ending akhir film ini. Mengapa ? Tak sesuai dengan harapan ku selama ini. Sungguh kesal bukan ?

Akhir film ini sungguh tragis menimpa Pangeran He Xie dan Ratu Bai Lan. Ratu Bai Lan terpaksa bunuh diri minum racun dihadapan pangeran He Xie saat perjamuan tengah malam.

Ratu Bai Lan mungkin tak kuat dengan intrik dan tekanan dari Pejabat Veteran Kerajaan Bai Lan. Sehingga dengan berat hati dan air mata bercucuran di pipi manisnya ia minum racun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Padahal saat itu, Ratu sedang mengandung Putra Mahkota. Memang situasi politik di kerajaan sangat-sangat sulit untuk Pangeran dan Ratu. Sebelum mati, Ratu sempat muntah darah dihadapan Pangeran.

Saat itu pun, pangeran segera menolong istrinya itu. Namun, nyawa istri Pangeran tak tertolong. Hanya demdam dan air mata yang dirasakan Pangeran. Harapan pangeran dengan istrinya pun hancur.

Sedangkan, pangeran mati tertusuk beberpa tombak tembus didada saat ia perang melawan Chu Bei Jie (Pewaris tahta Kerajaan Jin). Sungguh akhir yang tragis bagi pangeran. Pangeran mati membawa penyesalan yang mendalam.

Menyesal karena istrinya mati lebih dahulu dan menyesal tak memberikan kemenangan peperangan untuk Kejaran Bai Lan. Ratusan ribu tentara Bai Lan pun terpaksa menyerah kalah melawan Jenderal Chu Bei Jie.

Baca Juga :  Mengoptimalkan Fungsi Tarbiyah Masjid

Dibalik kemenangan Jenderal Chu itu ada perempuan hebat ahli strategi militer bernama Bai Ping Ting yang beberapa tahun lalu dipersunting Jenderal Chu. Mereka dikaruniai anak laki-laki yang konon menjadi pewaris tahta.

Meskipun aku sangat mengagumi Jenderal Chu dan Bai Ping Ting. Tapi aku merasa tidak puas dengan akhir film ini. Karena Pangeran He Xie dan Ratu Bai Lan Thuo mati. Harapanku, mereka pun bahagia sampai akhir hayat.

Namun, ternyata ending film ini sangat mengecewakan ku. Selain itu, yang membuat ku kewewa adalah tragedi pembantaian Keluarga Jing An (keluarga Pengeran He Xie) yang direncankan Jenderal Chu itu.

Seluruh keluarga Jing An mati oleh Jenderal Chu dan pasukannya. Tetapi Pangeran He Xie pada saat itu berhasil meloloskan diri bersama Bai Ping Ting (saat belum direbut dan jatuh hati kepada Jenderal Chu).

Tidak puas sampai disitu, Pangeran He Xie dijebak dan difitnah memberontak Kerajaan Yan. Sungguh jebakan yang sangat kejam. Membuat He Xie dan Bai Ping Ting menjadi buronan tentara Kerajaan Yan.

Saat itu, hari-hari yang dilalui He Xie dan Bai Ping Ting sangat berat. Mereka berdua tumbuh bersama sejak kecil. Sehingga ada yang mengatakan mereka adalah pasangan sejak kecil yang sudah diatur mendiang Ayah dan Ibunda He Xie.

Baca Juga :  Omnibus law di Indonesia: Mungkin atau Tidak ?

Dalam melalui hari-hari yang sulit. He Xie dan Bai Ping Ting sempat berpisah untuk menyelesaikan dan membersihkan nama He Xie dalam fitnah pemberontakan itu. Namun, dewa berkehendak lain.

Tidak disangka Bai Ping Ting bertemu Jenderal Chu Bei Jie dan menahan Bai Ping Ting. Dalam masa itu, benih-benih cinta mereka tumbuh subur dalam hati. Meskipun Bai Ping Ting sulit melalui.
.
Setelah Chu Bei Jie dan Bai Ping Ting mengingat-ingat masa lalu, ternyata mereka berdua memiliki sejarah pernah bertemu dan saling menolong dari kekacauan perang pada saat itu. Sehingga hal itu juga menjadi dasar cinta mereka.

Di akhir cerita film ini, Jenderal Chu menerima titah Raja Jin Sima Hong untuk menjadi pewaris tahta kerajaan. Karena memang hanya Jenderal Chu satu-satunya keturunan keluarga Sima (keluarga Sima Hong).

Dan Bai Ping Ting menerima titah sebagai Ratu di Kerajaan Jin. Mereka berdua berdampingan memimpin dan membangun kerajaan Jin yang sebelumnya telah di obrak-abrik Pangeran He Xie dengan pasukannya.

Sesaat setelah menerima titah kerajaan itu. Raja Jin Sima Hong mati akibat racun yang sudah menjalar dalam tubuh lemahnya. Sungguh malang nasib Sima Hong. Karena yang meracuni adalah Selis Istana sendiri selama bertahun-tahun.

Baca Juga :  Refleksi Pergerakan, Manuver PMII 60 tahun Mengudara

Motif selir istana itu untuk merebut tahta Kerajaan Jin dan menguasai seisinya. Sehingga cara-cara licik seperti itu dilakukan oleh selir istana untuk memberontak kepemimpinan Sima Hong.

Yang menjadi ketidakpuasan ku dalam film ini adalah mengapa dendam Pangeran He Xie tak terbalaskan kepada Jenderal Chu Bei Jie. Mengapa Bai Pingting harus jatuh hati dengan Janderal Chu. Itu membuatku tak puas.

Sebab Bai Ping Ting tumbuh bersama sejak kecil dengan He Xie dan saling menyayangi satu sama lain. Akhir yang tragis Pangeran He Xie dengan Ratu Bai Lan yang harus mengubur harapan besarnya untuk masa mendatang.

Semoga dewa memberikan kebahagiaan tersendiri untuk Pangeran He dan Ratu Bai Lan di alam yang berbeda. Calon pangeran yang ada dalam perut ratu turut menjadi korban dalam situasi politik peperangan kala itu.

Dalam film ini terdapat perempuan hebat dibalik laki-laki yang hebat. Ketamakan akan suatu jabatan atau kekuasaan dapat membutakan mata hati, sehingga tindakan arogansi dan kelicikan yang menjadi kehendak.

Mereka yang tamak. Mereka yang memiliki kelicikan tingkat tinggi, membunuh anak raja bersekongkol dalam kudeta, seperti yang dikalukan selir istana terhadap raja Sima Hong, mereka mati dengan cara tragis.

Salam…!!
Semoga bermanfaat…

Oleh : M E Wahyudi, Redaksi bojonegorotoday.com

Berita Terkait

Mengoptimalkan Fungsi Tarbiyah Masjid
Berani ‘Merdeka Belajar’
Pancasila dan Kekuasaan Kehakiman
Renegosiasi Pengelolaan PI : Ikhtiar Daerah Berkelit Dari Kutukan Sumber Daya Alam
PDI Perjuangan Bojonegoro : Soliditas Tiga Pilar Partai, Wabup Bojonegoro Masih Lemah
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Menjaga Kewarasan Ditengah Pandemi Covid-19
Pendidikan Karakter di Masa Covid 19

Berita Terkait

Rabu, 10 Maret 2021 - 07:39 WIB

Mengoptimalkan Fungsi Tarbiyah Masjid

Minggu, 30 Agustus 2020 - 12:35 WIB

Berani ‘Merdeka Belajar’

Selasa, 11 Agustus 2020 - 05:00 WIB

Pancasila dan Kekuasaan Kehakiman

Minggu, 26 Juli 2020 - 17:51 WIB

Renegosiasi Pengelolaan PI : Ikhtiar Daerah Berkelit Dari Kutukan Sumber Daya Alam

Rabu, 22 Juli 2020 - 15:06 WIB

PDI Perjuangan Bojonegoro : Soliditas Tiga Pilar Partai, Wabup Bojonegoro Masih Lemah

Kamis, 18 Juni 2020 - 11:26 WIB

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Kamis, 18 Juni 2020 - 02:51 WIB

Menjaga Kewarasan Ditengah Pandemi Covid-19

Kamis, 7 Mei 2020 - 07:46 WIB

Pendidikan Karakter di Masa Covid 19

Berita Terbaru

Ahmad Fariq Fauzi salahsatu pendiri komunitas Koloni Lebah

Pilkada Bojonegoro 2024

Koloni Lebah Bersatu, Siap Menangkan Pasangan Teguh Farida.

Rabu, 25 Sep 2024 - 04:45 WIB

Pesemaian padi berumur satu bulan ini terlihat menguning bahkan pucuk daunnya sudah kecoklatan dan mengering. (FOTO : HANIF AZHAR)

Pertanian

Pesemaian Padi Mengering, Petani Kepohbaru Terancam Gagal Tanam

Kamis, 21 Des 2023 - 04:12 WIB