WABAH virus corona yang menyebabkan penyakit covid-19 tidak hanya memakan banyak korban jiwa, namun juga memporakporandakan semua sektor kehidupan. Mulai dari sektor kesehatan, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan lain lain. Semua terdampak.
Upaya pemerintah untuk memutus mata rantai virus yang berasal dari Wuhan, Cina itu terus dilakukan. Salah satunya dengan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Beberapa daerah sudah melakukan PSBB tersebut. Akibatnya, nyaris semua akvitas lumpuh.
Semua kegiatan dilakukan dari rumah/work from home (WFH). Tagline #dirumahsaja pun kemudian menjadi sangat populer di masa darurat pandemi covid 19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada sektor pendidikan, pemerintah menutup sekolah-sekolah pada semua jenjang. Semua aktivitas di sekolah dihentikan. Namun demikian kegiatan belajar harus tetap berlangsung. Guru dan siswa melakukan tatap muka secara virtual. Kegiatan belajar mengajar dilakukan dari rumah. Mereka harus tetap semangat WFH lewat virtual learning. Harus tetap hadir di dalam kelas maya. Kenyataan ini adalah hal yang baru baik guru maupun siswa.
Supaya kegiatan belajar mengajar di rumah berjalan dengan baik, pemerintah maupun pihak swasta seperti Google Indonesia dan Microsoft bersinergi menyediakan perangkat aplikasi yang dijadikan platform pembelajaran dalam jaringan (online ). Selain dua perusahaan raksasa itu ada juga pihak swasta seperti Quipper, Kelas Pintar, Ruangguru, Sekolahmu, dan Zenius. Sementara pemerintah lewat Kementerian Pendikan dan Kebudayaan menyediakan portal belajar sendiri, yakni Rumah Belajar dan program belajar di TVRI.
Selama ini, jauh sebelum wabah Covid 19 melanda negeri ini, kegiatan belajar mengajar dilakukan di sekolah secara rutin dilakukan guru maupun siswa. Hal yang jamak terjadi adalah siswa mengadopsi contoh yang baik dari gurunya lewat sikap maupun tutur kata seorang guru. Hal ini dilakukan sejak duduk di bangku Sekolah Dasar selama 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama 3 tahun dan sekolah Menengah Atas selama 3 tahun. Ini rutin dilakukan sejak pukul 07.00 sampai dengan pukul 17.00. Kegiatan ini secara tidak langsung adalah menanamkan pendidikan karakter kepada siswa.
Siswa lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah. Kegiatan kerohanian dan sosial terkontrol oleh warga sekolah (Kepala sekolah, guru dan rekan sejawat siswa). Meskipun kadang juga dijumpai hal-hal negatif terjadi di sekolah seperti perundungan tindak kekerasan baik terhadap siswa maupun guru begitu sebaliknya. Kasus seperti ini jarang terjadi. Jumlahnua tidak banyak (tidak mentolerir jumlah) dibanding dengan perbuatan positif yang dilakukan siswa ketika berada di sekolah.
Pada masa darurat Covid 19, ada banyak hikmahnya yang bisa dipetik orang tua. Corona membuka ingatan kita kembali bahwa rumah adalah sekolah yang pertama, orang tua adalah guru yang pertama dan utama. Sekarang adalah saat yang sangat baik dan tepat memberikan Pendidikan Karakter bagi putra putrinya sendiri yang selama ini mereka melihat karakter baik dari gurunya. Belajar di rumah dan bekerja dari rumah membuat anak orang tua dan anggota keluarga lainnya lebih banyak waktu bahu membahu menyelesaikan tugas sekolah, tugas rumah maupun target-target anak yang belum tercapai.
Misalnya, anak kelas satu yang belum lancar membaca baca tulis baik Latin maupun Arab. Peran orang tua sangat penting. Ia harus sabar dan telaten membimbing hingga lancar membacanya dengan durasi waktu 24 jam selama darurat Covid 19. Selama ini anak-anak hanya tersedia waktu bercengkrama dengan orang tua hanya dua jam di pagi hari. Sebab malam pun kadang sudah tidak dapat berkomunikasi dengan anak.
Masa pandemi covid 19 pada bulan Ramadan ini harus kita jadikan momentum memberikan pendidikan karakter pada anak-anak kita sendiri. Saatnya meraih berkah di tengah wabah. Pertama, mulai dari sahur sudah bercengkrama di meja makan sambil memberikan cerita, kisah-kisah yang baik kepada anak. Mengajarkan etika makan baik sebelum maupun setelah makan.
Kedua, salat subuh berjamaah. Setelah itu tadarus/membaca al quran bersama.
Ketiga, mendampingi anak mengerjakan tugas sekolah (jika tidak ada tugas dari sekolah biasanya istirahat).
Keempat, melakukan salat Dzuhur berjamaah. Kemudian bercengkrama sejenak, bercerita berbagi pengalaman bersama.
Kelima, salat Ashar berjamaah, dilanjutkan kerja bareng menyiiapkan hidangan buka puasa. Ada yang membantu ibunya di dapur. Ada jugs yang menata meja makan.
Keenam, berbuka puasa bersama keluarga. Diawali membaca doa buka puasa. Kemudian minum dan makan secukupnya, lalu dilanjutkan salat Magrib berjamaah. Selanjutnya makan bersama sambil bercengkrama menunggu waktu sholat Isya tiba.
Ketujuh, sslat Isya berjamaah dan dilanjutkan salat taraweh berjamaah di rumah. Ayah bisa menjadi imam dan atau anak yang sudah baligh dapat diajari menjadi imam. Ini prnting untuk menanamkan kemampuan dalam memimpin.
Rutinitas di atas merupakan pendidikan karakter yang dilakukan oleh orangtua secara langsung, walaupun para orangtua secara formal-pedagogis tidak dibekali 5 pilar Penguatan Pendidikan Karakter; Kemandirian, Religius, Integritas, Gotong Royong, Nasionalisme. Secara tidak langsung ada kaitan erat antara rutinitas di atas dengan 5 pilar tersebut.
Misalnya, Kemandirian; tadarus/membacara Al-Quran usai salat berjamaah, membersihakan tempat makan sendiri.
Religius; melakukan salat berjamaah baik yang wajib maupun yang sunnah, membaca doa-doa seperti doa niat puasa, doa berbuka puasa dan doa mau makan.
Integritas; sholat tepat pada waktunya, bertanggungjawab atas segala sesuatu yang anak kerjakan.
Gotong royong; menyiapkan bersama menu berbuka puasa maupun sahur.
Nasionalisme, orangtua menceritakan kisah para pejuang bangsa melawan penjajah dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, menghormati dengan cara memperingati hari kelahiran pejuang tersebut lebih baik, seperti RA Kartini, Ki Hajar Dewantoro dan para pahlawan lainnya.
Marilah para orangtua, kini saatnya menanamkan karakter di rumah bagi anak-anak kita sendiri di masa darurat kesehatan ini. Hikmah di balik wabah ini, kita sebagai orangtua dapat secara langsung memberikan penguatan pendidikan karakter putra putri kita sendiri. Salam Pendidikan. (*)
Penulis : ASN, Ditjen GTK Kemdikbud/Dosen Pendidikan IKHAC/Ketua PP Persatuam Guru Nahdathul Ulama, Dr. Romi Siswanto Hamzah.