BOJONEGORO – Meskipun berulang kali aparatur pemerintahan sosialisasi bahaya jebakan tikus listrik, namun masih ada saja warga yang membandel memasang jebakan tikus listrik itu secara diam-diam.
Akibat jebakan tikus listrik itu, nyawa bisa melayang. Selain sangat membahayakan pemasang jebakan tikus listrik tersebut, juga sangat membahayakan orang lain. Lalai sedikit, nyawa pun bisa melayang.
Tragedi maut akibat jebakan tikus listrik yang terjadi di Desa Tambahrejo, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, beberapa waktu yang lalu itu ternyata tidak membuat sebagian petani merasa takut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Terbukti, ada seorang petani Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro memasang jebakan tikus listrik (menggunakan accu) di lahan pertaniannya di Desa Gedongarum, Kecamatan Kanor.
Seorang warga Desa Kedungprimpen bernama Kurdi (53) ditemukan tergeletak di lahan pertanian Desa Gedongarum, Kecamatan Kanor. Kurdi meninggal diduga akibat tersengat jebakan tikus listrik.
Kasat Pol PP Bojonegoro, Arief Nanang Sugianto mengungkapkan, kronologi kejadian tersebut berawal pada Kamis 15 Juli 2021 sekitar pukul 05.00 Wib saat korban berangkat ke sawahnya di Desa Gedongarum.
Namun, hingga pukul 12.00 Wib korban tak kunjung pulang. Anak korban pun berusaha mencari ke sawah di Desa Gedongarum. Sesampainya di sawah itu, korban terlihat tergeketak dan tidak bergerak.
Pemerintah desa dan polsek setempat pun segera dihubungi dan langsung ke tempat kejadian perkara (TKP). Setelah diperiksa petugas medis, ternyata korban sudah dalam keadaan tidak bernafas.
“Saat korban ditemukan sudah dalam keadaan tidak bernafas,” katanya kepada bojonegorotoday.com, Kamis (15/07/2021).
Berdasarkan keterangan anak korban (saksi) Muhammad Afiful Umam (26) dan keluarga lainnya, sebelum meninggal, korban berangkat ke sawah dalam keadaan sehat dan berpamitan akan pulang sekitar pukul 12.00 Wib.
Hasil pemeriksaan medis terhadap korban tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan atau penganiayaan pada tubuh korban. Kematian korban diakibatkan tersengat listrik atau kesetrum jebakan tikus listrik.
Sementara itu, Kepala Desa Gedongarum, Purwanto mengatakan, bahwa pihaknya telah melakukan sosialisasi dan memasang banner untuk tidak menggunakan jebakan tikus listrik. Sebab sangat berbahaya.
“Sudah sering disosialisasikan ke massyarakat dan melalui banner-banner tentang pelarangan mengunakan jebakan tikus listrik,” katanya kepada bojonegorotoday.com.
Namun demikian, lanjut Purwantu, ada sebagian petani yang masih membandel memasang jebakan tikus listrik (menggunakan accu) secara diam-diam. Meski begitu, tetap membahayakan manusia.
Saat disinggung terkait pengawasan. Purwanto mengaku telah melakukan himbauan dan sosialisasi pelarangan pemasangan jebakan tikus listrik di wilayah desanya. Namun siapa sangka ada seorang petani yang bandel.
“Yang masang jebakan tikus listrik itu secara diam-diam, kami tidak mengetahuinya. Kalau ketahuan sudah pasti kami minta untuk tidak dipasang,” tutupnya. (din/mil)