BOJONEGORO – Hingga saat ini, penambahan jumlah tenaga kerja lokal di proyek pembangunan jembatan Kanor-Rengel belum jelas. Pelaksana lapangan proyek tersebut beralasan penambahan tenaga kerja lokal menyesuaikan keburuhan.
Penambahan kerja lokal bagi warga Desa Semambung, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro dan warga Desa Ngadirejo, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, sangat dibutuhkan. Dampak ekonomi akibat Covid-19 sangat diraskan.
Kepala Desa Ngadirejo, Kecamatan Rengel dan Kepala Desa Semambung telah melakukan komunikasi dengan pihak pelaksana proyek, berupaya ada penambahan tenaga kerja lokal bagi warganya. Namun, hingga saat ini tak kunjung ada kejelasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tenaga kerja lokal non skill yang diserap Pelaksana Proyek Jembatan Kanor-Rengel sangat minim, hanya sekitar 12 orang dari dua desa tersebut. Tentu, penambahan tenaga kerja bagi warga lokal desa di lokasi proyek itu sangat diharapkan masyarakat.
Penyerapan tenaga kerja lokal tersebut tentu akan berdampak positif bagi perekonomian keluarga. Sebab, pandemik global virus corona membuat perekonomian terombang-ambing. Sehingga, kejelasan penyerapan tenaga kerja lokal sangat dibutuhkan.
Pelaksana Proyek Pembangunan Jembatan Kanor-Rengel, Ilman menjelaskan, bahwa saat ini tenaga kerja lokal non skill yang terserap baru sekitar 12 orang. Ia beralasan, penambahan tenaga kerja lokal tersebut menyesuaikan kebutuhan di proyek.
“Fleksibel untuk tenaga lokal, menyesuaikan kebutuhan di proyek,” katanya kepada bojonegorotoday.com.
Ilman belum bisa memastikan rencana penambahan kerja bagi warga lokal. Pasalnya, melihat progres pembangunan. Selain tenaga kerja lokal, pengusaha lokal di Desa Semambung Bojonegoro dan Desa Ngadirejo Tuban, juga sangat minim.
Saat ditanya berapa pengusaha lokal yang terlibat dalam proyek pembangunan jembatan yang melintas di atas Bengawan Solo ini, Ilman selaku pelaksana, tak memberi kejelasan. Padahal, banyak pengusaha lokal yang ingin terlibat dalam proyek itu.
Belum lama ini, Pemerintah Desa Semambung sempat menyayangkan komunikasi pelaksana proyek dengan warga di sekitar lokasi pembangunan jembatan saat pemasangan pancang. Sebab, getaran saat pemasangan pancang sangat terasa.
Sebelum pemasangan pancang beberapa waktu lalu itu, seharusnya pihak pelaksana menyurvei rumah-rumah warga yang jaraknya berdekatan dengan lokasi pemancangan. Namun, pelaksana proyek diduga tak melakukan sosialisasi dan survei.
Akibatnya, sempat timbul gejolak warga yang jarak rumahnya berdekatan dengan lokasi pemancangan. Sebab, pemilik rumah khawatir jika rumahnya terjadi apa-apa atau timbul keretakan dan lain sebagainya. Beberapa warga itu pun sempat hendak demo.
Namun, Pemerintah Desa Semambung berhasil meredam emosi beberapa warga tersebut yang hendak melakukan demo. Pemdes Semambung tak ingin ada gejolak dalam pembangunan jembatan tersebut. Tetapi, hal itu tergantung komunikasi pelaksana proyek.
Sementara itu, Sekretaris Desa (Sekdes) Semambung, Tulus Cahya Putra berharap warganya menjadi prioritas penambahan tenaga kerja lokal dalam proyek pembangunan jembatan yang di danai APBD Bojonegoro 2021 sebesar Rp 88,6 Miliar ini.
“Kami berupaya agar warga lokal menjadi prioritas penambahan tenaga kerja,” pungkasnya. (mil)